Ekonomi

Ringgit Melemah, Harga CPO Melonjak 

JAKARTA-Mata uang Malaysia, Ringgit yang melemah membuat investor tertarik mengoleksi minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Kemarin, ringgit tercatat melemah 0,04% terhadap dolar. Hari ini pun 1 US$ masih dihargai MYR 4,19 atau melemah 0,18%. Karena ditransaksikan dengan ringgit, harga CPO menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Alhasil, pada perdagangan Rabu, 29 Mei 2019, harga komoditas unggulan Indonesia dan Malaysia ini melonjak beberapa persen, dibandingkan perdagangan sebelumnya. 

Harga CPO kontrak pengiriman Agustus menguat hingga 1,16% ke level MYR 2.090/ton. Penguatan harga juga terjadi setelah meroket 2,02% satu hari sebelumnya. 

Meski begitu, harga CPO sebenarnya masih rendah, bahkan tercatat melemah 1,46% sejak awal tahun 2019.

Pelaku pasar saat ini masih menaruh harapan pada peningkatan permintaan ekspor sawit dari Malaysia dan Indonesia, sebagai produsen utama dunia.

Pasalnya berdasarkan pantauan tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, Societe Generale de Surveillance, dan Amspec Agri Malaysia), ekspor minyak sawit Negeri Jiran periode 1-25 Mei 2019 naik pada kisaran 8,3%-15,6% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.

Sementara di Indonesia, pemerintah menetapkan pajak ekspor produk sawit sebesar 0% alias gratis. Harapannya permintaan global bisa meningkat akibat harga yang kompetitif.

Kabar peningkatan ekspor memang menjadi hal yang selalu ditunggu oleh pelaku pasar. Pasalnya produksi sawit terus naik sehingga satu-satunya yang dapat membuat stok CPO berkurang adalah permintaan yang meningkat.

Inventori minyak sawit yang masih tinggi merupakan faktor utama yang membuat harga CPO mendapat tekanan kuat. Pada akhir tahun 2018, inventori minyak sawit Malaysia melonjak hingga 3,21 juta ton atau tertinggi dalam 19 tahun terakhir.

Pada April 2019 pun stok masin sebesar 2,7 juta ton, atau lebih tinggi 28% dibanding posisi April tahun sebelumnya.

Bila stok bisa dikurangi, maka keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) dapat menjadi lebih baik dan menjadi landasan bagi penguatan harga. Tapi apabila pada pengumuman resmi Malaysia Palm Oil Board (MPOB) bulan depan stok ternyata malah naik, harga CPO kemungkinan besar akan kembali mengarah ke bawah.

Selain itu, harga CPO juga mendapat tarikan ke atas dari harga minyak kedelai yang menguat.

Selasa kemarin, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) menguat hingga 1,04%. Pun hari ini harganya juga melesat hingga 1,43%.

Minyak kedelai yang menjadi substitusi minyak sawit memang seringkali saling memberi pengaruh pada pergerakan harga. Itu karena keduanya bersaing di pasar minyak nabati global.

Saat harga minyak kedelai menguat, maka sawit juga punya ruang untuk menyesuaikan harga dengan tetap mempertahankan daya saing.(rdh/net) 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar